Selasa, 07 Januari 2014

Islam dan Keindahan




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kebudayaan merupakan sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau pendapat yang ada dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaaan itu bersifat dalam berbagai bentuk. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan wujudnya, budaya memiliki komponen dan elemen, salah satunya yaitu estetika atau keindahan. Keindahan ini akan selalu berlaku dan berkembang di dalam masyarakat. Seperti di Indonesia, setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan disampaikan dapat mencapai tujuan efektif.
Agama secara mendasar dan umum, dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lainnya serta mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Dengan melihat masalah-masalah yang menjadi jangkauan agama, maka agama juga dapat diartikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respon terhadap sesuatu yang dirasakan dan diyakini sebagai sesuatu yang gaib dan suci. Dengan ini dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut tidak akan lepas dari nilai estetika.

B.     Rumusan Masalah
Berdasaakan latar belakang di atas dapat disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian keindahan ?
2.      Apa penyebab manusia menciptakan keindahan?
3.      Apa saja yang berhubungan dengan keindahan?
4.      Bagaimana keindahan dalam Islam?
5.      Apa saja asas-asas keindahan dalam Al-Qur’an?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
2.      Menjawab rumusan masalah yang ada
3.      Sarana menambah wawasan bagi mahasiswa

D.    Manfaat Penulisan
Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan dan tambahan wawasan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan mata kuliah khususnya pada mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.













BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Keindahan
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah), pemandangan alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, tatanan, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna, dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial dan budaya. Karena itu dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Di mana pun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan. [1]
Keindahan identik dengan kebenaran. Keduanya mempunyai nilai yang sama : abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan bersifat universal.
Sejak abad ke 18 pengertian keindahan telah digumuli oleh para filsuf. Keindahan dapat dibedakan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Menurut luasnya keindahan dibedakan atas tiga pengertian, yakni :
a.       Keindahan dalam arti luas
The Liang Gie menjelaskan bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristotelesmerumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
            Plotinus mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetik  disebutnya “symmetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada seni pahat arsitektur) dan “harmonia” untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik).
Jadi pengertian yang seluas-luasnya meliputi :
-           Keindahan seni
-           Keindahan alam
-           Keindahan moral
-           Keindahan intelektual

b.      Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
c.       Keindahan dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Dari pembagian dan pembedaan di atas belum bisa menjawab secara jelas apakah sesungguhnya keindahan itu. Semua ini disebabkan adanya keberagaman jawaban. Salah satu jawaban ialah mencari ciri-ciri umum yang ada pada semua benda atau kualitas hakiki atau dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan kebalikan (contrast).
Dari ciri itu dapat diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.





2.      Sebab Manusia Menciptakan Keindahan
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah, sedangkan alam adalah ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan adalah cipataan Tuhan. Alamiah memiliki arti wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang.[2]
Menurut Al-Qur’an alam ini sepenuhnya milik Allah. Bahkan manusia merupakan bagian dari alam itu sendiri, karena ia diciptakan bermula dari apa yang ada di alam. Dalam Al-Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 29 :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di dunia untuk kamu, dan Dia menghendaki (menciptakan) langit dan bumi, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

            Allah meciptakan alam (bumi dan langit) yang indah ini untuk manusia, untuk kemakmuran, kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Manusia menciptakan keindahan itu sebenarnya mencontoh keindahan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada umatnya.

3.      Hal-hal yang Berhubungan dengan Keindahan
a.       Nilai Estetik
            Nilai estetik merupakan nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan. Dalam bidang filsafat, istilah ini sering dipakai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness).
            Nilai digolongkan menjadi 2 yaitu nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk hal lainnya, yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau pembantu. Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai tujuan ataupun demi kepentingan benda tersebut.
Contoh :
Puisi, bentuk puisi yang terdiri atas bahasa, diksi, baris sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi disebut nilai intrinsik.[3]
b.      Renungan
            Renungan berasal dari kata renung, merenug artinya dengan diam-diam memkirkan sesuatu atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
            Renungan yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan didasarkan atas tiga macam teori, yaitu teori pengungkapan, teori metafisika, dan teori psikologis. Setiap teori itu memiliki tokoh. Dalam teori pengungkapan Benedetto Croce, mengatakan bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.
            Konsep keindahan adalah abstrak. Konsep itu baru dapat berkomunikasi setelah diberi bentuk. Seperti halnya Gesang, setelah ia bermain di Bengawan Solo ia merenung, ia menemukan konsep keindahan. Akan tetapi konsep keindahan barulah berkomunikasi setelah diberi bentuk, yaitu lagu Bengawan Solo yang terkenal itu.[4]
            Allah telah memberi dorongan kepada manusia ntuk memikirkan alam semesta, mengadakan keindahan ciptaan-Nya dan mengungkapkan hukum-Nya di alam semesta.[5]
c.       Keserasian
            Keserasian berasal dari kata serasi, dengan kata dasarnya adalah rasi yang artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok mengandung pengertian perpaduan, ukuran, dan seimbang. Perpaduan misalnya, orang yang berpakaian serasi antara kulit dan warna pakaiannya. Orang hitam yang memakai warna hijau, tentu makin hitam. Warna hijau pantas dipakai orang berkulit kuning.
            Keserasian tidak ada hubungan dengan kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpadun antara warna, bentuk, dan ukuran. Keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi-rendah, keras-lembut, dan panjang-pendek. Kadang-kadang kemewahan bisa menunjang keserasian, tetapi hal itu tidak selalu terjadi.
d.      Kehalusan
            Kehalusan berasal dari kata halus, artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Halus bagi manusia adalah sikap lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam kata-kata, lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya.
            Sikap halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhaap sesama. Oleh sebab itu, orang yang bersikap halus atau lembut biasanya suka memperhatikan keperluan orang lain, dan suka menolong orang lain. Juga merupakan perwujudan dari sifat-sifat ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan.
4.      Keindahan dalam Islam
            Imam al-Ghazali berkata : “kepunyaan Allah-lah keindahan, keagungan, dan kebesaran. Kesempurnaan dan kesucian tidak dapat disandangkan dan dibayangkan kecuali hanya untuk Allah sendiri, Yang Maha Esa, Yang Maha Benar, Yang Maha Memiliki Keluhuran dan Kemuliaan.
            Kesempurnaan hanyalah milik Allah sendiri, Yang Maha Suci dari kekurangan, cacat dan cela.
Yang indah secara mutlak hanyalah Dia Yang Maha Esa.
Yang tiada sekutu bagi-Nya
Yang tunggal, tiada yang menandingi-Nya
Tempat bergantung, tiada yang menentang-Nya
Yang Maha Kaya, Yang tiada berkeperluan
Yang menentukan hukum, tiada yang menolak hukum-Nya
Yang menetapkan keputusan, tiada yang dapat menggugat-Nya
Yang orang-orang arif, yang sempurna kearifan-Nya mengaku tak mampu mengetahiu-Nya
Yang puncak kenabian para Nabi, mengaku tak dapat mengifati-Nya, sebagaimana mestinya, katanya :
“Aku tak dapat  menghinggakan pujian untuk-Mu sebagaimana Engkau puji diri-Mu sendiri.”

            Yang dimaksud dengan keindahan (al-jamal), disini adalah kesempurnaan Ilahi. Kepunyaan-Nya lah keindahan dan kesempurnaan. Seluruh nama-Nya baik dan sifat-Nya sempurna.  Allah Maha Sempurna, mencintai orang yang berusaha untuk memperoleh kesempurnaan, dengan menghiasi diri dengan iman, bersolek dengan akhlakul karimah, berbekal dengan takwa, berdandan dengan taat, dan mencari keluhuran dengan tawadhu.
            Allah itu indah, dan di antara keindahan perbuatan-Nya ialah kasih sayang dan kelemahlembutan-Nya, karena Dia memberi tugas yang ringan, tetapi memberi pahal yang banyak, memberi tempo kepada orang-orang yang melanggar agar bertobat dan penyantun terhadap orang-orang yang berdosa. Firman-Nya :
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهْرِهَا مِن دَابَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya” ( QS.Al-Fathir ayat 45)
5.      Asas-asas Keindahan dalam Al-Qur’an
Salah satu asas pemahaman keindahan dalam al-Quran, penekanan dalam tujuan; karena merupakan asas dari panggilan al-Quran yaitu hidayah (petunjuk) serta terpanggilnya objek kepada berita berita Ilahi dan maknawi. Kita tidak bisa mendefinisikan keindahan dan tujuan hanya dalam batasan batasan materi dan hanya karya seni. Sebagai contoh, kisah kisah dalam al-Quran adalah salah satu dari keindahan yang terkandung dalam ceritanya. Kandungan kisah ini terangkum agung dalam untaian untaian indah, maksud dari kisah ini bukanlah dari sisi tutur bahasa dan seninya atau karena judulnya indah dan menarik akan tetapi, maksud dan tujuan asli dari kisah ini adalah pemberian petunjuk untuk umat manusia dan penekanan terhadap kekuatan dan kuasa Allah yang tidak terbatas.[6]

1.      Keselarasan dan keseimbangan: Aturan penciptaan berasaskan rekonstruksi yang teliti dan teratur, kita dapat merrangkum  poin ini dalam ayat-ayat berikut,
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
 Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS.Al-Furqon ayat 2)

2.      Pengaturan yang tertib dan indah: Salah satu tanda-tanda yang penting adalah teratur tertib, dan tertata yang sedemikian rupa disebutkan dalam al-Quran pada ayat-ayat yang berbeda-beda,
مُتَّكِئِينَ عَلَىٰ سُرُرٍ مَّصْفُوفَةٍ ۖ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, serta Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.(QS. Al-Thur ayat 20)

3.      Keragaman dan pertentangan: Dalam esensi keesaan hanya satu Hakim (Pengatur Yang Bijaksana) yang mengatur hamparan luas alam ini. Begitu juga keragaman aneka jenis yang menakjubkan adalah Sang Bijak yang terdapat dalam beberapa jenis seperti, benda-benda mati, tumbuh-tumbuhan, hewan da manusia serta terdapat pada:

 “Di atas bumi kita berpijak benda benda berdampingan satu sama lain, namun satu sama lain beda jenis misal dalam sebuah perkebunan terdapat: anggur, pertanian dan kurma (terdapat pohon-pohon buah yang beraneka ragam) yang mana terkadang tumbuh dalam satu batang terkadang pula tumbuh dalam dua batang (lebih mengherankan) dan mereka semua mengkomsumsi dari satu air. Walhasil, sebagian dari mereka dari sisi berbuah dari lainnya memberikan buah yang bagus dan ini semua (kejadian alam) untuk sekelompok orang yang berakal yang menggunakan akalnya.” (QS. Al-Zumar ayat 20).

4.      Beraneka ragamnya keindahan warna-warna: beberapa dari ayat-ayat al-Quran telah mengisyaratkan kepada aneka ragamnya warna-warna. Al-Quran mengingatkan kita bahwa warna hijau adalah warna surga yang melambangkan kenikmatan dan kesenangan. Allah Swt berfirman, 

”Mereka memakai pakaian sutera halus berwarna hijau dan sutera tebal, dan dipakaikan kepada mereka gelang yang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.” (QS. Al-Ra’d ayat 4).



























BAB III
KESIMPULAN

Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Menurut luasnya keindahan dibedakan atas tiga pengertian, yakni :
a.       Keindahan dalam arti luas
b.      Keindahan dalam arti estetik murni
c.       Keindahan dalam arti yang terbatas
            Sebab manusia menciptakan keindahan karena keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah, sedangkan alam adalah ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan adalah cipataan Tuhan. Alamiah memiliki arti wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang.
Hal-hal yang berhubungan dengan keindahan adalah nilai estetik, keserasian, kehalusan,dan renungan.
Asas-asas Keindahan dalam Al-Qur’an diantaranya :
Keselarasan dan keseimbangan, Pengaturan yang tertib dan indah, Keragaman dan pertentangan, Beraneka ragamnya keindahan warna-warna.













Daftar Pustaka

Widagdho, Djoko. 1988. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Mawardi, dkk. 2007.IAD-ISD-IBD. Bandung : CV Pustaka Setia






[1] Djoko Widagdho, dkk. Ilmu Budaya Dasar. (Jakarta : Bumi Aksara, 1988), hal. 60
[2] Drs. Mawardi-Ir. Nur Hidayati. IAD-ISD-IBD. (Bandung : CV Pustaka Setia, 2007), hal.160
[3] Ibid,. Hal. 159-160
[4] Ibid,. Hal. 164
[5] http://marcopangngewa.blogspot.com/2011/12/hubungan-manusia-dan-keindahan.html diakses pada hari Senin tanggal 1 April pukul 07:40
[6] http://islamquest.net/id/archive/question/fa13878 diakses pada hari Selasa tanggal 2 April 2013 pukul 13:40

1 komentar:

  1. Alhamdulillah Hatur nuhun makalahnya baik sekali dan banyak membantu sebgai reperensi
    semoga bermanfaat

    BalasHapus